SEJARAH ULOS BATAK
Kain tenun ini merupakan pakaian
khas suku Batak di Sumatera Utara, bentuknya menyerupai selendang dengan
panjang sekitar 1,8 meter dan lebar 1 meter, kedua ujungnya berjuntai-juntai
dengan panjang sekitar 15 cm dan pembuatan Ulos dilakukan oleh kaum perempuan
mereka menenun dari benang kapas atau rami.
Alat tenunnya antara lain :
** Tundalan (Pengikat Pinggang)
** Turak Baliga (Pemisah Benang)
** Langgiyang (Alat Penjaga Benang agar tidak kusut)
** Patubobohon (Alat untuk mengukur panjangnya kain tenunan)
Secara harfiah Ulos berarti
selimut,budaya ini sama tuanya dengan kebudayaan Batak yang telah mengenal 3
konsep kehangatan yaitu:
** Matahari
** Api
** Ulos
Selain sebagai penghangat badan
dikala dingin menerjang,ulos sering kali dianggap sebagai jimat, yang mana kain
ini diyakini mempunyai kekuatan yang mampu melindungi raga, yang didalam adat
Batak disebut dengan Tondi terhadap roh jahat.
Warna kain juga mempunyai arti tersendiri seperti:
** Putih
Melambangkan Kesucian dan kejujuran
** Merah
Melambangkan Kepahlawanan dan keberanian
** Kuning
Melambangkan Kaya/kesuburan
** Hitam
Melambangkan Duka
Untuk pemakaiannya kain ulos tidak
dapat dikenakan dengan sembarangan, dimana pemakaiannya harus sesuai dengan
acaranya diantaranya seperti pada acara:
** Perkawinan
Menggunakan Ulos Ragi Idup yang bercorak Cerah
** Pemakaman
Menggunakan Ulos Ragi Hotang yang bercorak Gelap
Orang Batak juga mengenal upacara
Mangulosi ini merupakan ritual Pemberian Kehangatan dan Kasih Sayang
penerimanya, dan umumnya pemberi ulos itu adalah:
** Orang tua kepada anak-anaknya
** Adik kepada kakaknya
** Hula-hula (keluarga laki-laki dari pihak perempuan) kepada Boru.
Sumber: manongtong@gmail.com